RUMAH ADAT MINANGKABAU
Sumatera Barat ini ialah merupakan salah satu provinsi di Negara Indonesia yang lokasinya terletak di tengah-tengah Pulau Sumatera dengan menjadikan kota Padang sebagai Ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, Sumatera Barat ini memang lokasinya terletak di tepi barat Pulau Sumatera.
Kepulauan Mentawai dan pulau-pulau lainnya yang berada di Samudera Hindia ini masih termasuk kedalam wilayah atau daerahnya. Provinsi ini dihuni oleh penduduk yang berasal dari suku Minangkabau sebagai suku asli dan juga sekaligus suku mayoritasnya.
Suku Minangkabau atau juga sering disebut oleh orang-orang dengan sebutan orang minang merupakan suku Melayu yang mempunyai kehidupan atau budaya dan karakteristik yang sangat unik. Mereka semua selain dari pintar berniaga, pintar memasak, dan suka merantau, orang-orang minang juga memiliki sebuah simbol budaya yang mana simbol budaya tersebut sangat dikenal di seluruh dunia.
Simbol budaya tersebut ialah rumah gadang, yang mana pada saat ini rumah gadang sudah resmi dan juga ditetapkan emnjadi rumah adat minangkabau di Provinsi Sumatera Barat.
Yuk, langsung saja kita simak pembahasan tentang rumah adat minangkabau, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Fungsi Rumah Adat Minangkabau
masbidin.net
Walaupun sebagai tempat tinggal bersama seperti halnya pada rumah umumnya, Rumah Gadang ini mempunyai peraturan tersendiri. Ketentuan-ketentuan tersebut ialah seperti jumlah pada kamar yang bergantung kepada jumlah perempuan yang menetap atau tinggal di dalamnya.
Kemudian, setiap wanita yang sudah memilki suami didalam kaum tersebut akan mendapatkan sebuah kamar.
Sedangkan perempuan-perempuan yang sudah memiliki umur atau bisa dibilang sudah tua dan anak-anak akan mendapatkan sebuah kamar yang letaknya di dekat dapur. Sementara untuk wanita yang masih gadis atau perawan akan mendapatkan atau diberi kamar yang letaknya di ujung.
Semua atau seluruh bagian-bagian dari Rumah Gadang ini merupakan ruangan yang sangat lepas, terkecuali untuk kamar tidur. Pada bagian dalam Rumah Gadang ini terbagi menjadi 2 bagian, yakni ruangan yang ditandai dengan tiang dan lanjar.
Tiang-tiang tersebut berjajar dari belakang kedepang, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri. Untuk tiang-tiang yang berjajaran dari depan ke belakang ialah menunjukkan lanjar, sementara untuk tiang dari kiri ke kanan itu menunjukkan ruang. Untuk jumlah lanjar ini tergantung dari besar ukurang rumah, bisa empat, tiga atau dua.
Ruangannya pun terdiri dari jumlah-jumlah yang ganjil, yakni antara tiga hingga sebelas. Biasanya Rumah Gadang ini dibentuk atau dibangun diatas tanah milik keluarga induk didalam kaum secara turun menurun dari leluhurnya dan hanya dimiliki dan diwarisi kepada perempuan-perempuan di suku tersebut.
Biasanya di depan Rumah Gadang ini terdapat sebuah halaman yang selalu ada dua bangunan yang dipakai untuk menyimpan padi. Di bagian bangunan sebelah kiri dan sebelah kanannya Rumah Gadang ternyata terdapat raung anjung yang mana ruang anjung tersebut dipakai untuk pengantin bersanding atau penobatan kepala adat.
Maka dari itu Rumah Gadang ini diberi nama atau julukan sebagai Rumah Bannjuang.
Anjung yang ada di ada di kelarasan Koto Piliang ini memakai tongkat penahan, sementara di kelarasan Bodi Chaniago tidak memakai tongkat penahasan sama sekali di bagian bawahnya. Peristiwa ini sama dengan teori atau filosofi yang memang dipercaya oleh masing-masing kelompoknya.
Di kelompok pertama mempercayai sebuah prinsip dari pemerintahan hirarki bahwa memakai anjung yang memakai tongkat penahan, sementara dengan kelompok yang kedua anjuang tersebut seakan-akan melayang-layang di udara.
Desain Rumah Gadang Minangkabaulihat.co.id
Rumah Gadang atau rumah adat Minangkabau ini memiliki keunikan-keunikan tersendiri, yakni keunikan tersebtu terletak di bentuk desain rumahnya. Bentuk atau wujud puncak dari atapnya yang begitu runcing, menyerupai seperti wujud atau bentuk tanduk kerbau.
Ketika zaman dahulu kala atap runcing ini dibikin dari bahan-bahan utama ijuk yang bisa berkukuh sampai puluhan tahun lamanya. Akan tetapi, belakangan-belakangan ini atap dari Rumah adat Minangkabau atau Rumah Gadang banyak sekali perubahan-perubahan ketika membuatnya,.
Yakni perubahan yang terjadi ialah bisa dilihat dari cara pembuatan atap runcingnya, yang mana pada zaman dulu atap runcing tersebut dibuat dari bahan-bahan ijuk, namun pada era sekarang ini atap runcing tersebut kebanyakan dibuat dari bahan-bahan seng.
Rumah Gadang atau Rumah Adat Minangkabau ini dibangun dalam bentuk empat persegi panjang dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan pada bagian belakang. Di bagian depan Rumah Gadang ini biasanya dipenuhi dengan hiasan-hiasan bunga.
Sementara di bagian belakang Rumah Gadang atau bagian luarnya dilapisi oleh belahan bambu.
Rumah Adat Minangkabau ini dibentuk dari tiang-tiang yang panjang, bangunan rumah yang dibentuk naik ke atas, akan tetapi tidak mudah roboh apabila terkena goncangan-goncangan seperti gempa bumi. Selain dari itu, di setiap komponen dari Rumah Gadang ini mempunyai arti tersendiri yang dibelakangin dengan yang ada di kehidupan penduduk Minangkabau.
BIasanya Rumah Adat Minangkabau atau Rumah Gadang ini mempunyai sebuah tangga yang letaknya di bagian depan rumah. Sedangkan di dapur itu dibangun dengan terpisah di bagian belakang rumah yang dihempit oleh dinding.
Mengapa rumah adat minangkabu ini dibangun dengan desain seperti itu? Karena Rumah Gadang ini letaknya berada di daerah pegunungan dan bukit-bukit, yang mana dari dulu daerah pegunungan dan bukit itu termasuk salah satu barisa rawan gempa. maka dari itu arsitektur Rumah Gadang ini memperhitungkan terlebih dahulu untuk desain-desain yang kuat dan tahan dari goncangan gempa.
Ukiran Rumah Gadangkabaranah.com
Di bagian dinding-dinding Rumah Gadang ini terbentuk dari bahan utama papan, sementara di bagian belakang Rumah Gadang ini terbentuk dari bahan-bahan bambu. Papan dinding ini dipasang secara vertikal, dan seluruh papan yang menjadi dinding atau bingkai maka akan diberikan sebuah ukiran, sehingga semua dinding-dinding yang terbuat dari papan akan terlihat bagus karena terdapat ukiran di bagian papan tersebut.
Untuk penempatan corak atau ornamen sesuai dengan susunan-susunan dan letaknya papan di dinding Rumah Gadang. Pada dasarnya, ukiran-ukiran yang ada di dalam Rumah Gadang ini merupakan jenis hiasan yang mengisi penuh dinding tersebut dalam bentuk garis persegi ataupun garis melingkar.
Biasanya motif-motif yang sering dipakai ialah motif tumbuh-tumbuhan merambat, berbunga dan berbuah, dan akar yang berdaun. Biasanya bentuk pola akar ini berbentuk akar berjajaran, berbentuk lingkaran, berhimpitan, berjalinan dan yang terakhir ialah sambung menyambung.
Selain dari itu, ada juga ranting-ranting akar yang menongol ke luar, ke atas, ke dalam, ke samping, ke bawah. Selain dari corak akar, corak-corak lainnya bisa dijumpai yakni corak geometri bersegi tiga, empat, dan jajar genjang. Corak-corak daun atau buah-buahan juga dapat diukir sendiri meskipun berjajaran.
Proses Pembangunan Rumah Gadangekoalvaresz.blogspot.co.id
Menurut dari budaya yang ada, tiang utama yang terdapat di Rumah Gadang yang mana tiang tersebut biasa disebut dengan sebutan tonggak tuo, nah jumlah dari tunggak tua ini memiliki jumlah empat batang yang diambil dari dalam hutan dengan cara gotong royong bersama anak nagari, oleh para kaum kerabat, dan juga melibatkan puluhan orang-orang lainnya.
Biasanya batang pohon yang sering ditebang ini ialah pohon juha yang sudah tua dan memiliki bentuk pohon uyang lurus, Mengapa lurus? Karena batang pohon tersebut akan digunakan sebagai tiang dengan ukurang antara 40 CM sampai 60 CM.
Pohon jua ini memang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan tiang-tiang, karena pohon juha ini sangat terkenal sekali dengan kekuatan dan kerasnya kayu tersebut. Sesudah dapat dan bisa ditebang , lalu batang pohon juha ini dibawa ke dalam negeri Nigari.
Akan tetapi batang pohon juha ini tidak langsung dipakai tetapi harus direndam didalam sebuah kolam yang dimiliki oleh keluarga besar terdahulu selama bertahun-tahun sebelum akhirnya dipakai dan dimanfaatkan.
Sesudah masa waktu yang sudah ditentukan batang pohon juha, kemudian langsung diangkat untuk dipakai tonggak tuo. Metode pengangkatan pohon juha yang sudah di rendam ini disebut juga sebagai membangkitkan pohon-pohon yang direndam.
Lalu langkah-langkah pembangunan Rumah Gadang selanjutnya ini akan berlanjut ke metode atau proses berikutnya yakni mendirikan tonggak tuo atau juga bisa disebut juga sebagai tiang utama yang memiliki jumlah 4 tiang yang dilihat untuk menegakkan kebesaran.
Sebuah catatan: Batang pohon yang sudah direndam selama bertahun-tahun lama rendamannya, maka selanjutnya akan menjadi sangat keras sekali dan tidak akan bisa dimakan oleh pasukan rayap. Sehingga batang pohon juha ini bisa bertahan lama sebagai tonggak tuo selama ratusan tahun lamanya
Perendaman batang pohon ini akan dipakai sebagai tonggak tuo selama bertahun-tahun lamanya, karena salah satu kunci yang membangun Rumah Adat Minangkabau ini memiliki kemampuan untuk bertahan sampai ratusan-ratusan melewati zaman ke zaman.
Bangunan Rumah Gadangrumahadatdiindonesia.blogspot.co.id
Ternyata Rumah Gadang ini memiliki keunikan pada bentuk atapnya yang bentuknya itu lancip seperti ujung pensil dan melengkung ini sudah memberikan sebuah inspirasi ke beberapa arsitek yang berada di penjuru dunia, misalnya seperti Ton Van De Ven yang berada di Negara Belanda yang sudah mengangkat desain Rumah Gadang untuk sebuah bangunan yang namanya The House Of The Five Senses.
Bangunan yang sudah mulai dikerjakan dari tahun 1996 ini dipakai sebagai gerbang utama di sebuah Taman Hiburan di Negara Belandea yang mana taman tersebut bernama Efteling. Bangunan yang memiliki ketinggian hingga 52m dan memiliki luas atap 4500M ini ialah salah satu bangunan dengan desain kayu dan atap jerami yang mana bangunan ini paling besar di dunia berlandaskan Guinnes Book Of Records.
Selain dariitu, desain Rumah Gadang yang bnyak di jumpai di Negeri Sembilan juga ialah merupakan salah satu adopsi dari bangunan-bangunan paviliun Malaysia di World Shanghai Expo 2010 yang telah diadakan di Shanghai, Cihina pada tahun 2010.
Simbol Simbol Rumah Adat Minangkabaulihat.co.id
Simbol dari Rumah Adat Minangkabau ini ialah terdiri dari atap rumahnya yang melengkung dan lancip atau juga yang biasa dikatakan sebagai Gonjong ini ialah menjadi salah satu simbol-simbol untuk seluruh masyarakat Minangkabau.
Selain dari simbol itu ternyata masih ad simbol-simbol lainnya yakni seperti warna emas, merah, kuning, hitam. rendang dan warna-warna lainnya
Hampir di seluruh bangunan kantor pemerintahan di daerah Sumatera Barat ini memakai desai Rumah Gadang dengan menggunakan atap gonjoingnya, walaupun dibangun dan dibentuk secara permanen dengan bahan semen dan batu.
Simbol-simbol gonjong ini juga bisa dipakai di bagian depan rumah makan Padang yang selalu kita jumpai di tempat kita masing-masing. Lambang-lambang lembaga ataupun lambang perkumpulan masyarakat Minangkabau juga banyak sekali yang memakai simbol-simbol gonjong dengan berbagai macam variasinya.
Sejarah Rumah Gadangmasbidin.net
Rumah Gadang atau juga biasa disebut dengan sebutan Rumah Godang ialah sebuah nama untuk Rumah Adat Minangkabau yang mana rumah adat tersebut ialah rumah tradisional dan banyak juga didapati di daerah Provinsi Sumatera Barat.
Rumah adat ini juga selain disebut dengan sebutang Rumah Godang ternyata masih ada sebutan lain yang mana sering sekali disebut-sebut oleh masyarakat setempat, yakni Rumah Bagonjong namanya atau ada juga yang menyebut rumah adat itu dengan sebutan Baanjuang.
Rumah dengan model seperti ini banyak juga kita dapati di Negeri Sembilan, Malaysia. Akan tetapi tidak seluruh daerah di Minangkabau yang boleh mendirikan dan membangun Rumah Adat ini, yang boleh membangun dan mendirikan rumah ini hanya daerah yang memang sudah mempunyai status sebagai nagari saja baru Rumah Gadang ini boleh dibangun.
Begitu juga di daerah yang disebut dengan sebutan rantau, dulunya rumah adat ini juga tidak ada yang dibangun atau didirikan oleh orang-orang perantau Minangkabau.
Filosofi Rumah Adat Minangkabauwonderfulminangkabau.com3
Kenyataan dari Rumah Gadang, mau itu dari gaya seni bina, gaya hiasan di bagian luar dan dalam, pembinaan-pembinaan dan fungsi dari rumah ialah berupa bentuk aktualisasi falsafah hidup penduduk Minangkabau atau juga dalam pepatah alam takambang jadi guru.
Rumah Gadang bisa dibilang agak sedikit tergilas dengan rumah-rumah yang memiliki gaya arsitektur modern atau kekinian baik itu dari apapun bentuk fungsinya.
Walaupun seperti itu tidak bisa memungkiri di beberapa wilayah yang mana wilayah tersebut masih sangat kental dengan budaya dan adat yang masih menghidupkan dan juga memakai Rumah Gadang didalam kehidupannya dengan baik.
Ada juga yang masih di urus atau di rawat dengan baik dan beridir kuat bersama-sama dengan megahnya. Deretan Rumah Gadang tersebut bisa kita lihat di daerah Kabupaten Solok Selatan atau juga yang di beri julukan dengan julukan “Seribu Rumah Gadang”.
Sementara untuk deretan Rumah Gadang lainnya ini berada di daerah Kota Solok, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Dharmasraya dan beberapa di wilayah lainnya yang berada di daerah Provinsi Sumatera Barat.
Jikalau kita lihat dari filosofinya, Rumah Gadang disebut besar atau gadang ini bukan hanya dilihat dari bentuk wujudnya yang besar saja. AKan tetapi apabila kita amati dari fungsi-fungsi rumah tersebut sangat besar sekali. Persoalan ini terungkap dalam ungkapan yang kerap kita dengarkan dari sesepuh-sesepuh adat ketika sedang membicarakan tentang Rumah Gadang tersebut.
Kurang lebih seperti inilah ungkapan-ungkapan sesepuh adat minang “Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintuno banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, bajanjang naik batanggo turun, dindingnyo panutuik malu, Biliaknyo aluang bunian”.
Dari ucapan-ucapan tersebut bisa kita pahami bahwa fungsi dari Rumah Gadang ini ialah mencakup pada bagian keseluruhan atau semua aspek kehidupan ataupun keseharian penduduk Minangkabau. Baik itu dijadikan sebagai tempat tinggal keluarga dan juga dijadikan sebagai tempat perawatan keluarga.
Selain itu, termasuk juga sebagai pusat yang melaksanakan berbagai macam upacara adat. Bahkan diatur juga untuk kamar perempuan yang sudah memiliki keluarga dan perempuan yang memang belum memiliki keluarga.
Yang perlu kita ketahui ialah Rumah Gadang ini memiliki fungsi yang mana fungsi tersebut ialah sebagai tempat bermufakat. Rumah Gadang juga merupakan sebuah bangunan pusat dari seluruh anggota keluarga yang sedang membicarakan berbagai persoalan dalam sebuah suku, kaum ataupun nagari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar